Disscusion Forum | Member's Area
Salah satu aspek yang banyak dikeluhkan oleh para stakeholders industri perdagangan berjangka di tanah air adalah fakta bahwa industri ini tak memiliki rencana strategis yang tertulis dalam sebuah dokumen resmi. Seberapa jauh sebuah rencana strategis yang terkodifikasi (RST) memiliki peran dalam kemajuan suatu organisasi, dan seberapa luas lingkup minimal yang perlu disepakati, kuhususnya dalam lingkaran industri perdagangan berjangka, merupakan wacana yang ingin diangkat lewat tulisan ini.
Saya tidak pernah membaca bahwa Negara maju seperti Inggeris memiliki RST. Mungkin mereka sudah merasa cukup dengan Magna Charta yang terbit hampir delapan abad lalu, yang tidak sekedar mengatur pembagian kekuasaan tapi juga arah tujuan Negara Inggeris Raya. Rencana strategis Amerika Serikat lebih sering didengar dari tema kampanye calon presiden menjelang pemilihan umum ketimbang sebuah dokumen resmi. Tapi tokh negera-negara maju tersebut memiliki sense of direction. Semua lini, semua layers, seluruh divisi memiliki sense of direction. Sesekali pada awalnya sense of direction masing-masing unit organisasi tidak konvergens. Justeru dari benturan pendapat dalam menuju target masing-masing, berbagai varian sense of directions tersebut mengkristal ke arah yang sama.
Di bagian dunia lain, ada pula negara yang memiliki RST secara jelas, semisal National Development Plan dan Malaysia Vision 2020, dan mereka meluncur mulus di track yang mereka sepakati bersama. Di sini RST memiliki peran penting sebagai motor penggerak pembangunan.
Tapi tokh ada Negara yang memiliki dokumen RST yang sangat lengkap, mulai dari Pembangunan Semesta Berencana, Repelita, GBHN, Propenas, RPJP-RPJM, Visi 2030 dan seabreg lainnya, tokh tetap saja mengalami disorientasi. Terseok seok seperti orang mabuk.
Sangat boleh jadi pokok persoalannya terletak pada kualitas pengetahuan pengendali organisasi. Seorang pilot yang ahli dan berpengalaman, walau tanpa navigasi, lebih memberikan peluang selamat ketimbang navigasi yang bagus di tangan pilot yang tidak ahli dan serampangan. "Bagi seorang brahmana sejati, berpendapat tanpa berpengetahuan adalah bunuh diri" kata Dang Hyang Lohgawe kepada muridnya Ken Arok, seperti dituturkan Pramudya Ananta Tour dalam novelnya Arok-Dedes. "Percayakan organisasi untuk dipimpin oleh orang yang tidak berengatahuan, dan tunggu saja kehancurannya". Yang ini adalah ujar-ujar seorang nabi.
Sebuah rencana strategis tentu saja memberi banyak manfaat apabila ia mampu berfungsi sebagai task setting, menggerakkan seluruh elemen organisasi untuk mencapai tujuan yang sama. Sebuah rencana strategis juga akan sangat bermakna bila dapat berfungsi sebagai bench marking, menjadi tolok ukur keberhasilan organisasi sekalugus keberhasilan setiap unsur dan personil dalam organisasi tersebut. Sebuah visi adalah sesuatu yang mampu memberikan harapan, mampu menggerakkan, pada satu sisi, tapi tetap harus realistis, pada sisi lain. Lebih dari itu, sebuah visi dapat menjadi sound bite untuk tujuan sosialisasi industri, sekaligus daya pemersatu dalam pembangunan kultur organisasasi.
Suatu rencana strategis merupakan konsensus tentang terminal yang hendak dituju bersama. Bahkan bila perlu juga konsensus tentang kendaraan yang dugunakan, rute yang akan ditempuh, terminal antara yang harus disinggahi dan kriteria penumpang yang dapat ikut.
Sebuah rencana strategis adalah sebuah partitur yang menggerakkan sebuah orkestra. Harmoni hanya akan tercipta bila dirigen dan semua pemain, apapun alat yang dimainkannya, berkomunikasi dengan bahasa yang sama
Rencana strategis akan sangat kontra-produktif bila disusun secara parsial. Ia bisa mencabik-cabik organisasi karena masing-masing layers punya peluang bergerak ke arah yang berlawanan.
Dalam konteks industri perdagangan berjangka, rencana strategis yang diperlukan adalah rencana strategis seluruh industri yang mampu menggerakkan ketiga layers - otoritas, fasilitator dan pemain - ke arah yang sama. Jadi bukan rencana strategis Bappebti, bukan rencana strategis BBJ & KBI, bukan rencana strategis para pialang, pedagang dan unit plaku lainnya, tapi rencana strategis industri. Sekali lagi rencana strategis industri secara keseluruhan!
Saya sering mencoba menggambarkan upaya pengembangan industri semacam ini, dengan analogi sebuah kereta kencana yang ditarik oleh banyak kuda. Pertama, semua kuda harus bergerak ke arah yang sama. Kedua, kecepatan kereta ditentukan oleh kecepatan kuda yang paling lambat. Ketiga, selain sense of direction, tentu butuh harmoni ketika kereta melewati tikungan atau jalan yang tak rata. Apa yang bisa Anda bayangkan kalau kuda-kuda itu menggerek kereta dengan kekuatan penuh, tapi ke arah yang berlawanan....?
Jakarta 21 Mei 2007